![]() |
Ilustrasi tampilan wisatawan asing makan di Jepang. Kredit Gambar: | /Unsplash
Pemberitaan bahwa
pengusaha Jepang markup harga untuk wisatawan asing menjadi viral. Memang ada
benarnya pihak Jepang pasang harga khusus wisatawan asing, tetapi ada konteks
mengapa hal ini dilakukan.
Agar tidak membuat
panas hati, mari bahas fakta seputar pemeritaan yang hasilkan salah paham ini.
Berikut adalah bahasannya!
Markup Harga Tidak Membenani Wisatawan Asing Sama Sekali
Memang
benar adanya banyak pengusaha Jepang menentukan harga berbeda untuk wisatawan asing.
Namun, beban naik harga ini tidak sebanyak yang orang bayangkan.
Kenaikan
harga hanya sebatas tambahan seperti bayar PPN. Kamu pasti tidak komplain juga
bukan dengan tambahan harga sebesar PPN? Harga markup tidak akan capai dua kali
harga normal!
Harga wisata ke Jepang
tergolong murah juga berkat melemahnya nilai Yen. Jadi, kenaikan harga khusus
wisatawan tidak akan terlalu terasa bagi yang bayar. Para wisatawan dijamin
tetap untung belanja di Jepang dibandingkan harga-harga di negara asalnya.
Tentu saja yang rugi
adalah warga asing yang nilai tukarnya masih di bawah nilai Yen. Orang
Indonesia contohnya pasti merasakan kenaikan harga ini. Namun, hanya orang
Indonesia yang kaya saja mampu pergi ke Jepang. Masa sudah kaya pergi ke Jepang
masih cari harga murah juga!
Oh, satu masalah lagi.
Jika menemukan pengusaha Jepang yang naikan harga sampai dua kali lipat atu
lebih, tempat makan tersebut hanya jebakan wisatawan. Dari dulu tempat seperti
ini sudah ada dan memang sengaja memeras uang wisatawan.
Kasus kenaikan harga
yang sekarang di bahas adalah pengusaha Jepang yang naikan harga secara normal.
Alias masih masuk akal harga jual mereka. Wajib bedakan dua kasus markup yang
berbeda ini.
Harga Lebih Tinggi Karena Tingkat Kesulitan Pelayanan
Lebih Tinggi
Menaikan
harga untuk wisatawan asing juga ada alasan teknisnya. Alasan pertama adalah
tantangan pelayanan yang lebih sulit. Para pengusaha Jepang memiliki kesulitan
berkomunikasi dengan wisatawan Jepang. Saat kesulitan, mereka luangkan waktu
dan usaha lebih banyak dalam pelayanannya.
Beberapa
tempat bahkan harus bayar tenaga kerja yang bisa banyak bahasa asing. Bayar
gaji staff yang memiliki keahlian ini pasti juga mahal. Tidak aneh jika
akhirnya, tambahan biaya gaji karyawan dibebankan ke konsumen yang kebetulan
wisatawan asing.
Dari dua
alasan di atas, tentu sudah mudah dimengerti mengapa kenaikan harga ke warga
asing dilakukan. Namun, tetap saja ada yang protes mengapa kenaikan harga tidak
disama ratakan ke warga Jepang lokal.
Alasan
warga lokal tidak kena markup adalah kondisi ekonomi. Saat harga-harga dianikan
rata, banyak warga Jepang yang jadinya tidak mampu bayar. Kamu harus tahu
kondisi ekonomi di Jepang sedang sulit karena inflasi.
Pengusaha
tentu tidak mau kehilangan pelanggan tetap warga lokal Jepang. Jadi pengusaha Jepang pasang harga khusus wisatawan
asing yang masih kuat bayar. Ingat, warga asing yang main ke Jepang umumnya
punya uang lebih dan posisinya lebih mapan berkat nilai tukar Yen yang melemah.
Sudah Jelas Salah Pahamnya?
Bagaimana?
Kamu sekarang paham bukan mengapa banyak pengusaha Jepang naikan harga khusus
untuk wisatawan asing? Hal ini bukan karena benci, tetapi karena tantangan
kerja yang lebih berat.
Selain itu,
beban yang diberikan ke wisatawan asing tidak terlalu tinggi. Jika dilihat dari
nilai tukar, Yen makin lemah dan beban bayar mata uang lain masih untung
dibelanjakan di Jepang. Jadi, tidak masalah soal kenaikan harga ini.
Anggap saja
tindakan Jepang pasang harga
khusus wisatawan asing adalah demi membantu kondisi ekonomi negara tersebut.
Jangan anggap markup harga punya tujuan negatif memeras para wisatawan, ini
hanya salah paham saja!