![]() |
Naoki Hyakuta membayangkan ide wanita Jepang dilarang menikah di atas 25 tahun untuk solusi angka kelahiran rendah di Jepang. Kredit Gambar: @maku94483/X.com |
Pada 13 November 2024 lalu, diberitakan salah satu ketua partai konservatif Jepang sedang digoreng netizen Jepang. Alasannya, dia mengutarakan gagasan ide aturan yang ngak pakai hati nurani sebagai solusi angka kelahiran Jepang.
Memang jepang sedang
turun angka kelahirannya. Masalah angka kelahiran di Jepang ini sedang dicari
solusi dengan banyak pertimbangan. Lah, ini si Naoki Hyakuta bilang wanita
Jepang harus dipaksa menikah cepat saja, ia ingin membuat larangan wanita
menikah jika sudah di atas 25 tahun. Jadi, para wanita harus terpaksa menikah
sebelum umur tersebut.
Perkataan ini sudah
tergolong parah bagi seseorang yang memegang suara dalam menyusun aturan
negara. Namun, ia tidak berhenti dari situ. Ia menambahkan bahwa wanita umur 30
tahun ke atas yang tidak menikah lebih baik diambil saja ovarium-nya.
Sebagai catatan, ia
mengatakan ini pada 8 November 2024 dan sekarang Naoki Hyakuta sudah minta
maaf. Dalam postingan minta maaf di sosial media, beliau mengatakan bahwa ide
ini hanya bayangan solusi ekstrim. Ia mengajukan ide dengan basis jika Jepang
ada di cerita dystopia.
The leader of the Conservative Party of Japan talked about extreme hypothetical solutions to Japan's declining birthrate:
— Jeffrey J. Hall π―π΅πΊπΈ (@mrjeffu) November 10, 2024
•banning women from going to university
•banning marriage over the age of 25
•surgically removing the wombs of women over age 30pic.twitter.com/GMfp1cay2J
Walaupun sudah minta
maaf dan memberikan konteks tersebut, masyarakat masih marah pada dirinya. Netizen
Jepang langsung mengkritik keras perkataan Naoki Hyakuta tersebut. Walaupun
konteksnya adalah bayangan ekstrim, pengutaraan ide seperti in tidak pantas
bagi pelaku politik.
Jika orang biasa yang
bilang, mungkin tidak mungkin. Namun, saat politisi dan petinggi partai
konservatif Jepang yang berkata, ucapan seperti itu tidaklah pantas!
Amarah para netizen
Jepang tentu tidak salah. Ide ekstrim ini memang terkesan gila dan tidak
memandang wanita sebagai manusia. Jika perspektif pembuat aturan di Jepang
masih memandang rendah wanita sebagai mesin melahirkan, mereka tidak akan bisa
selesaikan masalah kelahiran di Jepang.
Hal yang dibutuhkan
untuk meningkatkan angka kelahiran di Jepang adalah kesejahteraan. Jika
masyarakat sejahtera, para wanita tidak perlu bingung soal pemasukan dan kerja.
Mereka memiliki opsi jadi ibu rumah tangga karena pemasukan dari suami saja
sudah cukup.
Situasi sekarang,
suami istri harus bekerja semua demi menghidupi kebutuhan. Kebtuhan tersebut
masih belum menghitung menabung untuk kebutuhan anak. Selama beban ekonomi
masih besar pada wanita dan membuat mereka tidak nyaman memiliki anak.
Pria juga pasti
khawatir dengan kondisi ekonomi sekarang. Harga makin mahal dan kepastian masa
depan makin tidak jelas. Masalah dinamika ekonomi Jepang memang mulai stabil
setelah menaikan suku bunga dasar, tapi beban hidup juga ikut naik.
Pemerintah harus mulai
perhatikan pendapatan warga-nya untuk memastikan kondisi aman untuk membuat
keluarga. Sebelum mencapai hal ini, aturan lain tidak akan efektif. Dapat
dipastikan aturan ekstrim yang diutarakan Naoki Hyakuta soal melarang wanita
nikah di atas 25 tahun dan pengambilan uterus tidak akan buat Jepang membaik!