Selasa, 27 Mei 2025

Budaya Nomikai di Jepang Mulai Mati, Apakah Hal Ini Baik Atau Buruk Bagi Budaya Kerja di Jepang?

Budaya nomikai di Jepang tidak banyak dilakukan orang muda di sana, apa alasannya?
Kredit Gambar: James Pere/Unsplash

Siapa sangka ternyata budaya nomikai di Jepang mulai luntur sekarang ini. Budaya yang khas dengan kebiasaan karyawan di Jepang ini mulai terasa hilang setelah pandemi. Mengapa bisa hilang? Apa yang menyebabkannya dan efeknya pada budaya kerja Jepang apa? Mari bahas semua itu pada artikel berikut!

Apa Itu Budaya Nomikai di Jepang?

Bagi yang tidak tahu, nomikai adalah budaya kumpul, makan dan minum bersama setelah jam kerja. Budaya ini sudah ada sejak era 80an. Dulu budaya ini digunakan untuk melepas penat kerja bersama teman kantor.

Namun, budaya ini akhirnya berkembang menjadi hal yang harus banyak dilakukan untuk diskusi bisnis di luar kantor. Banyak orang memandang acara seperti ini mendekatkan relasi antar karyawan. Namun, ada juga yang memandang nomikai sebagai acara kerja yang dilakukan di luar jam kerja.

Bagaimana Budaya Nomikai di Jepang Luntur

Budaya nomikai di Jepang luntur karena 3 faktor utama. Pertama adalah soal pandemi. Saat pandemi di 2019 sampai 2022 lalu, acara kumpul dan minum-minum tidak bisa diadakan. Pemerintah Jepang melarang praktek nomikai karena berpotensi menyebarkan penyakit Covid-19.

Nah, setelah orang terbiasa tidak lakukan nomikai, budaya ini akhirnya luntur. Terlihat bahwa pub dan tempat kumpul untuk nomikai di Jepang tidak lagi seramai dulu. Beberapa tempat khusus nomikai bahkan banyak yang bangkrut saat ini.

Faktor kedua adalah orang muda di Jepang menghindari minum alkohol. Walaupun orang muda Jepang tetap ada yang minum, mereka memiliki frekuensi minum yang lebih jarang.

Golongan muda di sana sadar bahwa minum alkohol bisa sebabkan banyak masalah. Maka dari itu, mereka menghindarinya. Ini sama alasannya dengan orang muda sekarang tidak banyak yang merokok.

Faktor ketiga adalah budaya kerja di Jepang mulai berbeda. Orang muda sekarang memilih bekerja sesuai dengan tugas tanpa menambah atau mengurangi kewajiban. Nomikai adalah budaya kumpul yang tidak masuk job desk, jadi para golongan muda tidak mau melakukannya.

Dedikasi kerja orang muda di Jepang tidak setinggi golongan orang Jepang era dulu. Jadi, acara kumpul kerja seperti ini banyak dihindari. Golongan muda Jepang lebih memilih pulang ke rumah dan menikmati hobi daripada harus ikut nomikai.

Plus Minus Budaya Nomikai di Jepang yang Berubah

Lunturnya budaya nomikai di Jepang mendatangkan perubahan yang positif dan negatif di dunia kerja orang Jepang. Perubahan positif yang muncul adalah kurangnya kasus mabuk di tempat publik Jepang.

Para muda mudi di Jepang yang menghindari minuman keras tidak akan terlibat kasus mabuk tentunya. Sekalipun ada orang muda Jepang yang minum alkohol, mereka memilih tempat yang privat untuk melindungi diri.

Orang muda lebih sadar akan kesehatan dibandingkan pekerja generasi tua di Jepang. Jadi, mereka sadar bahwa rokok dan minuman keras sebaiknya dikurangi. Nomikai yang mengedepankan budaya minum, tidak sejalan dengan gaya hidup sehat yang mereka kejar. Jadinya orang muda Jepang rata-rata lebih sehat saat ini.

Walaupun ada perubahan positif, hilangnya nomikai menyebabkan hal negatif juga. Perubahan di golongan muda Jepang yang lebih tertutup membuat komunikasi dengan rekan kerja di Jepang berkurang.

Di era sebelum pandemi, nomikai dijadikan acara rutin untuk sharing antara senpai dan kohai di tempat kerja. Komunikasi ini dapat mendekatkan relasi kerja dan membantu kohai belajar banyak hal dari senpai. Namun, platform bercengkrama nomikai sudah mulai pudar.

Orang muda sekarang memiliki komunitas online untuk interaksi. Walaupun tetap mendapatkan ilmu belajar soal pekerjaan, interaksi dengan rekan kerja berkurang banyak. Hasilnya, kasus kesepian di antara orang muda Jepang naik tinggi saat ini.

Apakah Budaya Nomikai Juga Berlaku untuk Pekerja Indonesia di Jepang?

Sebenarnya dulu sebelum pandemi, banyak pekerja Indonesia di Jepang yang terpaksa ikut nomikai. Walaupun tidak minum alkohol, orang Indonesia tetap harus ikut budaya minum setelah kerja ini.

Dari pandangan orang Indonesia, budaya ini tentu saja negatif. Orang Indonesia sudah diajarkan sejak lama bahwa minuman keras merupakan sumber bahaya. Di paksa ikut budaya minum di Jepang terasa menyiksa tentunya.

Orang Indonesia lebih suka gaya orang muda di Jepang yang memandang nomikai tidak perlu. Jika ingin bersosialisasi dan lebih dekat dengan senpai di tempat kerja, mengapa tidak lakukan di lingkungan kerja? Coba saat makan siang ataupun saat istirahat merokok. Tidak perlu minum-minum bukan?

Acara kumpul kantor bisa dilakukan tanpa adanya nomikai. Mudah-mudahan budaya nomikai di Jepang bisa berubah menjadi lebih positif. Contoh saja acara kumpul untuk makan malam bersama, tanpa harus mabuk!

Pendaftaran LPK Saitama Angkatan 122 Resmi Dibuka Bagi yang Sulit Cari Kerja? Yuk, Magang ke Jepang Aja!

Apakah kamu sulit cari kerja? Ikut pendaftaran LPK Saitama angkatan 122 saja! Saat lowongan kerja di Indonesia sulit dicari, kerja magang di...