Kamis, 26 Juni 2025

4 Faktor Perubahan Budaya Kerja di Jepang, Apakah Perubahan Ini Positif untuk Orang Sana?

Perubahan budaya kerja di Jepang dipengaruhi banyak faktor, baca artikel berikut untuk penjelasannya!
Kredit Gambar: ThisisEngineering/Unsplash

Seiring berjalannya waktu, perubahan budaya kerja di Jepang makin terasa. Sebelumnya, orang memandang budaya kerja Jepang tidak sehat dan menyebabkan banyak kerusakan mental. Namun, sekarang sudah berbeda jauh.

Perubahan Budaya Kerja di Jepang Makin Terasa Setelah Pandemi

Walaupun masih ada perusahaan yang eksploitasi pekerjanya, jumlahnya berkurang jauh sekarang. Sepertinya,  budaya kerja di sana terasa berubah cepat semenjak alami pandemi Covid-19. Perspektif bekerja tradisional tidak lagi bisa jadi pegangan dan banyak perusahaan sadar akan hal ini setelah pandemi.

Saat ini, banyak perusahaan dipaksa merubah budaya kerjanya di Jepang. Hal yang membuat perubahan ini tentu saja generasi yang sadar akan toxic-nya kerja di Jepang era dulu. Untuk memastikan kondisi kerja yang lebih baik, banyak pihak melakukan perubahan tersebut.

Faktor yang Pengaruhi Perubahan Budaya Kerja di Jepang

Ingin tahu pihak dan faktor yang menyebabkan perubahan ini? Mari bahas perubahan budaya kerja di Jepang pada bagian berikut ini!

1. Perkembangan Teknologi dan Model Bisnis Internet

Hal pertama yang membuat perubahan budaya Jepang adalah makin kuatnya pengaruh teknologi dan bisnis internet. Sekarang Jepang harus adaptasi dengan perubahan teknologi ini.

Dulu ada pekerja yang dipaksa lembur karena harus mengurus dokumen secara manual. Sekarang sudah ada AI yang membantu hal ini. Menggunakan AI tidak bisa disalahkan karena membantu pekerjaan lebih efisien.

Sekarang, para pekerja bisa menggunakan alat bantu bisnis yang lebih memudahkan. Teknologi ini bahkan mendorong banyak pekerja di Jepang memilih kerja dari rumah. Jika perusahaan gagal adaptasi trend kerja di Jepang ini, perusahaan tersebut pasti ditinggalkan pekerja.

Banyak perusahaan Jepang akhirnya memiliki jalur bisnis internet yang banyak menggunakan remote worker saat ini. Hal ini membantu para pekerja ada di rumah mengurus keluarga dan tetap produktif bekerja tanpa harus hadir di kantor.

2. Perubahan Perspektif di Kalangan Muda Jepang

Faktor berikutnya adalah perspektif golongan muda di Jepang. Mereka telah melihat orang tua menunjukan dedikasi tinggi pada perusahaan tapi akhirnya tidak mendapatkan imbalan yang pantas.

Banyak karyawan di Jepang yang bekerja sampai tua tapi tidak memiliki jabatan tinggi. Selain itu, mereka menunjukan dedikasi dengan banyak ambil kerja lembur yang merusak kesehatan juga. Ambil jam kerja banyak tentu menghancurkan relasi dengan keluarga juga. Hal inilah yang dilihat anak-anak muda terjadi pada orang tua mereka.

Orang muda akhirnya berfikir bahwa budaya kerja yang seperti orang tua mereka tidak cocok. Akhirnya mereka tidak tunjukan dedikasi tinggi ke perusahaan. Bekerja sesuai job tapi tidak mengambil jam kerja lebih jika tidak perlu.

Orang muda sekarang memilih pulang lebih cepat dan menikmati hobi ataupun berkumpul dengan keluarga. Saat banyak tenaga kerja muda melakukan hal ini, tentu perusahaan ikut berubah. Jika tidak berubah, banyak pekerja muda ini akan pindah kerja dan memilih perusahaan yang lebih hargai waktu mereka.

Di Jepang sedang ada krisis tenaga kerja, jadi kehilangan staff bisa fatal. Maka dari itu, efek generasi muda pada budaya kerja Jepang sangat kuat terjadi. Banyak perusahaan melakukan perubahan untuk akomodasi gaya kerja orang muda saat ini.

3. Peningkatan Kebutuhan Pekerja Asing di Jepang

Perusahaan Jepang banyak merubah budaya kerja mereka akibat menggunakan pekerja asing. Jumlah pekerja asing di Jepang terus meningkat karena masalah demografi di Jepang. Kondisi kurang orang untuk isi tenaga kerja di Jepang dapat teratasi sementara dengan pekerja asing.

Pekerja asing tentu membawa budaya kerja yang berbeda juga. Walaupun para pekerja asing sudah belajar budaya kerja di Jepang, para perusahaan tetap harus menyesuaikan. Hal ini membuat banyak perusahaan harus mengubah budaya mereka agar lebih welcome ke para pendatang tersebut.

4. Tekanan Kondisi Ekonomi Global dan Politik Dunia

Faktor terakhir yang merubah budaya kerja di Jepang adalah kondisi ekonomi global dan politik. Perusahaan Jepang banyak yang menggunakan budaya tradisional dan tidak bisa adaptasi dengan globalisasi.

Jepang tidak bisa selalu dipandang negara maju karena perubahan ekonomi global dan politik sudah berbeda. Dulu Jepang tidak terlalu bersaing dengan China, tapi sekarang sudah berbeda. Korea Selatan dan China menjadi pesaing kuat Jepang saat ini.

Para perusahaan yang ingin maju harus belajar budaya kerja dari luar juga. Tidak bisa menggantungkan budaya kerja tradisional Jepang jika ingin maju. Hal ini membuat perubahan budaya kerja di Jepang lebih cepat terjadi setelah China mulai mendominasi perekonomian dunia.

Apakah Perubahan Budaya Kerja di Jepang Ini Positif?

Banyak faktor yang mendorong perubahan budaya kerja di Jepang telah hasilkan efek positif. Namun, bannyak orang menganggap perubahan ini akan menggerus budaya kerja keras di Jepang. Walaupun itu ada benarnya, kondisi budaya kerja yang toxic tidak perlu dipertahankan.

Banyak generasi muda di Jepang merasa sekarang adalah waktunya koreksi diri. Membuat lingkungan kerja yang menghargai pekerjanya tanpa melakukan eksploitasi jam kerja masih bisa diwujudkan.

Kamu harus ingat bahwa budaya kerja yang terlalu dedikasi pada perusahaan adalah salah satu penyebab angka kelahiran di Jepang rendah. Banyak orang sibuk bekerja dan berdedikasi pada perusahaan hingga tidak bisa cari pasangan ataupu bersosialisasi.

Kesibukan kerja juga hasilkan mindset bahwa punya anak malah akan memberatkan karir. Banyak wanita dan pria di Jepang di era dulu memilih tidak punya anak selama dapat mencapai karir lebih tinggi.

Nah, sekarang efek generasi muda pada budaya kerja Jepang mulai terasa. Menggunakan teknologi dan bantuan dari pekerja asing, budaya Jepang tidak lagi seketat dulu. Para pekerja muda tidak harus dedikasi satu perushaaan jika perusahaan tersebut tidak apresiasi pekerjaan mereka.

Perusahaan yang tidak bisa menemukan pekerja dengan dedikasi tinggi akhirnya memilih pengganti teknologi dan pekerja asing. Jika dilihat, semua kemajuan tentang penyerapan tenaga asing, pengembangan teknologi untuk bantu kerja dan orang muda Jepang yang anti eksploitasi, positif untuk masalah depan Jepang.

Masalahnya, kamu tetap bisa melihat masalah penurunan budaya dedikasi kerja tinggi di sana. Entah kedepannya efek perubahan ini positif atau tidak, itu tergantung dari bagaimana pihak Jepang menghadapi perubahan tersbut. Menurut kamu, apakah perubahan budaya kerja di Jepang ini bagus?

Waktunya Daftar LPK Saitama Agar Lancar Magang Jepang Jalur IM Japan, Pendaftaran Angkatan 123 Sudah Dibuka, Lho!

Daftar LPK Saitama akan memperlancar lolos seleksi IM Japan Ingin lancar kerja magang ke Jepang jalur IM Japan? Daftar LPK Saitama akan memb...