![]() |
Perubahan budaya kerja di Jepang dipengaruhi banyak faktor, baca artikel berikut untuk penjelasannya! Kredit Gambar: /Unsplash |
Seiring berjalannya waktu, perubahan budaya kerja di Jepang makin terasa. Sebelumnya, orang memandang budaya kerja Jepang tidak sehat dan menyebabkan banyak kerusakan mental. Namun, sekarang sudah berbeda jauh.
Perubahan Budaya Kerja di Jepang Makin Terasa Setelah
Pandemi
Walaupun
masih ada perusahaan yang eksploitasi pekerjanya, jumlahnya berkurang jauh
sekarang. Sepertinya, budaya kerja di
sana terasa berubah cepat semenjak alami pandemi Covid-19. Perspektif bekerja
tradisional tidak lagi bisa jadi pegangan dan banyak perusahaan sadar akan hal
ini setelah pandemi.
Saat ini, banyak
perusahaan dipaksa merubah budaya kerjanya di Jepang. Hal yang membuat
perubahan ini tentu saja generasi yang sadar akan toxic-nya kerja di Jepang era
dulu. Untuk memastikan kondisi kerja yang lebih baik, banyak pihak melakukan
perubahan tersebut.
Faktor yang Pengaruhi Perubahan Budaya Kerja di Jepang
Ingin tahu
pihak dan faktor yang menyebabkan perubahan ini? Mari bahas perubahan
budaya kerja di Jepang pada bagian berikut ini!
1. Perkembangan Teknologi
dan Model Bisnis Internet
Hal pertama
yang membuat perubahan budaya Jepang adalah makin kuatnya pengaruh teknologi
dan bisnis internet. Sekarang Jepang harus adaptasi dengan perubahan teknologi
ini.
Dulu ada
pekerja yang dipaksa lembur karena harus mengurus dokumen secara manual.
Sekarang sudah ada AI yang membantu hal ini. Menggunakan AI tidak bisa
disalahkan karena membantu pekerjaan lebih efisien.
Sekarang,
para pekerja bisa menggunakan alat bantu bisnis yang lebih memudahkan. Teknologi
ini bahkan mendorong banyak pekerja di Jepang memilih kerja dari rumah. Jika
perusahaan gagal adaptasi trend kerja di Jepang ini, perusahaan tersebut
pasti ditinggalkan pekerja.
Banyak perusahaan Jepang akhirnya memiliki jalur bisnis
internet yang banyak menggunakan remote worker saat ini. Hal ini membantu para
pekerja ada di rumah mengurus keluarga dan tetap produktif bekerja tanpa harus
hadir di kantor.
2. Perubahan Perspektif di
Kalangan Muda Jepang
Faktor
berikutnya adalah perspektif golongan muda di Jepang. Mereka telah melihat
orang tua menunjukan dedikasi tinggi pada perusahaan tapi akhirnya tidak
mendapatkan imbalan yang pantas.
Banyak
karyawan di Jepang yang bekerja sampai tua tapi tidak memiliki jabatan tinggi.
Selain itu, mereka menunjukan dedikasi dengan banyak ambil kerja lembur yang
merusak kesehatan juga. Ambil jam kerja banyak tentu menghancurkan relasi
dengan keluarga juga. Hal inilah yang dilihat anak-anak muda terjadi pada orang
tua mereka.
Orang muda
akhirnya berfikir bahwa budaya kerja yang seperti orang tua mereka tidak cocok.
Akhirnya mereka tidak tunjukan dedikasi tinggi ke perusahaan. Bekerja sesuai
job tapi tidak mengambil jam kerja lebih jika tidak perlu.
Orang muda
sekarang memilih pulang lebih cepat dan menikmati hobi ataupun berkumpul dengan
keluarga. Saat banyak tenaga kerja muda melakukan hal ini, tentu perusahaan
ikut berubah. Jika tidak berubah, banyak pekerja muda ini akan pindah kerja dan
memilih perusahaan yang lebih hargai waktu mereka.
Di Jepang
sedang ada krisis tenaga kerja, jadi kehilangan staff bisa fatal. Maka dari
itu, efek generasi muda pada budaya kerja Jepang sangat kuat terjadi.
Banyak perusahaan melakukan perubahan untuk akomodasi gaya kerja orang muda
saat ini.
3. Peningkatan Kebutuhan
Pekerja Asing di Jepang
Perusahaan
Jepang banyak merubah budaya kerja mereka akibat menggunakan pekerja asing.
Jumlah pekerja asing di Jepang terus meningkat karena masalah demografi
di Jepang. Kondisi kurang orang untuk isi tenaga kerja di Jepang dapat teratasi
sementara dengan pekerja asing.
Pekerja asing tentu membawa budaya kerja yang berbeda juga.
Walaupun para pekerja asing sudah belajar budaya kerja di Jepang, para
perusahaan tetap harus menyesuaikan. Hal ini membuat banyak perusahaan harus
mengubah budaya mereka agar lebih welcome ke para pendatang tersebut.
4. Tekanan Kondisi Ekonomi
Global dan Politik Dunia
Faktor
terakhir yang merubah budaya kerja di Jepang adalah kondisi ekonomi global dan
politik. Perusahaan Jepang banyak yang menggunakan budaya tradisional dan tidak
bisa adaptasi dengan globalisasi.
Jepang
tidak bisa selalu dipandang negara maju karena perubahan ekonomi global dan
politik sudah berbeda. Dulu Jepang tidak terlalu bersaing dengan China, tapi
sekarang sudah berbeda. Korea Selatan dan China menjadi pesaing kuat Jepang
saat ini.
Para
perusahaan yang ingin maju harus belajar budaya kerja dari luar juga. Tidak
bisa menggantungkan budaya kerja tradisional Jepang jika ingin maju. Hal ini
membuat perubahan budaya kerja di Jepang lebih cepat terjadi setelah
China mulai mendominasi perekonomian dunia.
Apakah Perubahan Budaya Kerja di Jepang Ini Positif?
Banyak
faktor yang mendorong perubahan budaya kerja di Jepang telah hasilkan efek
positif. Namun, bannyak orang menganggap perubahan ini akan menggerus budaya
kerja keras di Jepang. Walaupun itu ada benarnya, kondisi budaya kerja yang
toxic tidak perlu dipertahankan.
Banyak
generasi muda di Jepang merasa sekarang adalah waktunya koreksi diri. Membuat
lingkungan kerja yang menghargai pekerjanya tanpa melakukan eksploitasi jam
kerja masih bisa diwujudkan.
Kamu harus
ingat bahwa budaya kerja yang terlalu dedikasi pada perusahaan adalah salah
satu penyebab angka kelahiran di Jepang rendah. Banyak orang sibuk bekerja dan
berdedikasi pada perusahaan hingga tidak bisa cari pasangan ataupu
bersosialisasi.
Kesibukan
kerja juga hasilkan mindset bahwa punya anak malah akan memberatkan karir.
Banyak wanita dan pria di Jepang di era dulu memilih tidak punya anak selama
dapat mencapai karir lebih tinggi.
Nah,
sekarang efek generasi muda pada budaya kerja Jepang mulai terasa.
Menggunakan teknologi dan bantuan dari pekerja asing, budaya Jepang tidak lagi
seketat dulu. Para pekerja muda tidak harus dedikasi satu perushaaan jika
perusahaan tersebut tidak apresiasi pekerjaan mereka.
Perusahaan yang tidak bisa menemukan pekerja dengan dedikasi
tinggi akhirnya memilih pengganti teknologi dan pekerja asing. Jika dilihat,
semua kemajuan tentang penyerapan tenaga asing, pengembangan teknologi untuk
bantu kerja dan orang muda Jepang yang anti eksploitasi, positif untuk masalah
depan Jepang.
Masalahnya, kamu tetap bisa melihat masalah penurunan budaya dedikasi kerja tinggi di sana. Entah kedepannya efek perubahan ini positif atau tidak, itu tergantung dari bagaimana pihak Jepang menghadapi perubahan tersbut. Menurut kamu, apakah perubahan budaya kerja di Jepang ini bagus?