![]() |
Ilustrasi kantorng beras edaran pemerintah yang dijual murah di Jepang. Kredit Gambar: /Unsplash |
Berita masalah beras di Jepang masih hangat jadi pembicaraan. Walaupun pemerintah sudah edarkan cadangan beras mereka dengan harga murah, kondisi beras di Jepang belum membaik. Masalahnya, stock beras di pasaran belum kembali normal secara penuh.
Beras yang awalnya
mencapai rata-rata 4.260 Yen per 5 kilogram belum terlihat banyak berubah di
pertokoan. Untungnya di beberapa tempat distribusi, masyarakat bisa beli beras
lama hasil stock pemerintah.
Walaupun kualitas beras lama Jepang
tidak sebagus beras baru yang diperdagangkan di pasaran umum, harganya murah.
Para pembeli bisa bawa pulang beras hanya dengan biaya 2.000 Yen per 5
kilogram. Harga murah ini cukup membantu masyarakat Jepang, tetapi masih belum
menyelesaikan masalah secara mendasar.
Berikut adalah gambaran
antrian beras murah dari pemerintah Jepang yang terjadi saat ini:
A new pachinko? No. This morning’s queue in front of my supermarket for cheap rice. pic.twitter.com/Wrxdfd0bFC
— regis arnaud (@regisarnaud) June 6, 2025
Banyak
orang Jepang rela antri demi dapat jagah beras murah dari pemerintah.
Masyarakat sudah muak dengan harga beras yang mahal di pasaran umum. Namun harga beras di Jepang
tidak akan tiba-tiba berubah hanya karena pemeritnah berikan suntikan cadangan
beras.
Masalah beras di
Jepang sudah dianalisa dan investigasi pemerintah menemukan 3 masalah utama.
Penjelasan tentang sumber masalah ini dikutip dari wawancara Masaki Yasushi, duta besar Jepang di Indonesia, ke pihak
media Tempo.
Masalah beras Jepang
awalnya bermula dari cuaca. Panas ekstrim dan badai merusak siklus penanaman
padi dan akhirnya menyebabkan kejadian gagal panen di 2023 yang tidak terselesaikan
sampai 2024.
Selanjutnya, masalah
distribusi. Produksi beras di Jepang bergantung pada prefektur penghasil beras
tertentu. Saat ada masalah distribusi, harga beras di pasaran menjadi tidak
berimbang dan berbeda jauh antar daerah. Hal inilah yang menjadi masalah saat
ada daerah yang mengalami krisis beras parah.
Sebagai contoh saja,
tercatat pada Mei 2025, harga beras di Hokkaido mengalami kenaikan tapi hanya
sampai 2.980 Yen per 5 kilogram. Distribusi paling parah ada di Wakayama karena
kenaikan harga berasnya sampai 4.480 Yen per kilogram.
Distribusi juga
dipengaruhi peranan banyak pihak yang kurang sigap. Setiap proses distribusi
akan melewati pemain pasar dan saat pemain tersebut kurang efisien, harga dan
stock beras terpengaruh.
Masalah ketiga adalah
soal pemerintah yang mengarahkan petani untuk tidak hanya menanam padi.
Beberapa tahun lalu, pemerintah Jepang melakukan revolusi di pertanian agar
tidak hanya fokus pada padi. Pada waktu itu, harga padi murah dan banyak petani
yang hanya menanam padi menjadi merugi.
Pemerintah mengajak
para petani padi untuk deversifikasi ke tanaman yang lebih menjual. Akhirnya,
padi mulai dikurangi fokusnya oleh petani padi. Diversifikasi produk petani
membantu kesejahteraan, tapi sayangnya membuat stock hasil padi menurun saat
terjadi gagal panen.
Semoga
analisa pemerintah tentang penyebab utama masalah beras di Jepang membuahkan
hasil. Bila pemerintah bisa menemukan solusi, dipastikan harga beras di Jepang
segera membaik.