Krisis Sopir di Jepang Makin Parah Dorong KBRI Tokyo Promosikan Lowongannya ke Pekerja Indonesia!
![]() |
Akibat krisis sopir di Jepang, KBRI Tokyo antusias mengajak pekerja Indonesia isi lowongannya! Kredit Gambar: /Unsplash |
Krisis sopir Jepang memang makin parah dan menyebabkan industri bus di Jepang butuh bantuan tenaga kerja asing. Kurang sopir ini meliputi semua kebutuhan transportasi di Jepang. Mulai untuk delivery pengantar barang, layanan delivery kirim makanan, supir taxi dan supir bus, semuanya butuh orang!
Walaupun
fasilitas kendaraan umum di Jepang bagus, percuma saja jika sistemnya tidak
berjalan karena tidak ada supir yang bertugas. Nah, disinilah KBRI Tokyo
mengambil tindakan nyata mempromosikan lowongan job sopir bus di Jepang pada masyarakat Indonesia!
Krisis Sopir Jepang Semakin Nyata di Lapangan
Dalam
beberapa tahun terakhir, banyak operator transportasi di Jepang mengaku
kesulitan mencari pengemudi baru.
Laporan
dari Japan Times menyebutkan bahwa di berbagai daerah seperti Aomori hingga
Tokyo, jumlah sopir aktif terus berkurang karena banyak yang pensiun dan
sedikit anak muda yang mau menggantikan.
Kondisi
paling parah terjadi di ibu kota. News on Japan melaporkan bahwa layanan Toei
Bus di Tokyo terpaksa mengurangi lebih dari 200 rute karena kekurangan
pengemudi.
Di Kota Beppu, krisis supir bus menyebabkan
Walikota di sana rela turun ke Jalan jadi sopir jika masalah ini tidak
terselesaikan tahun ini. Kalau pejabat rela turun tangan, kamu bisa bayangkan
separah apa kondisi di kota tersebut!
Hal ini
memperlihatkan bahwa krisis sopir Jepang bukan isu kecil, tetapi sudah menjadi
masalah nasional yang memengaruhi aktivitas harian masyarakat.
Mengapa Profesi Sopir Tidak Lagi Diminati di Jepang?
Gaji yang
stagnan, jam kerja panjang, dan tekanan tinggi di jalan membuat profesi ini
kehilangan daya tarik bagi generasi muda. Terutama di Jepang, anak mudanya
memiliki banyak opsi pekerjaan lain yang lebih baik.
Kamu tahu
kalau di Jepang lowongan kerja banyak yang tidak terisi dan butuh tenaga. Jadi,
para anak muda bisa pilih-pilih pekerjaan yang lebih cocok daripada sekedar
sopir di Jepang.
Kebanyakan
Anak muda bahkan memilih bekerja sektor freelance digital dibanding menjadi
sopir bus. Pilihan freelance tersebut padahal belum tentu berikan kepastian
gaji dan tunjangan seperti asuransi. Namun, anak muda Jepang lebih suka karena
jamnya lebih bebas dibanding jadwal kerja jadi supir.
Menurut
laporan Merxwire, krisis sopir Jepang juga dipicu oleh persepsi sosial. Profesi
ini dianggap kurang bergengsi dan tidak menjanjikan karier jangka panjang.
Padahal tanpa sopir, sistem transportasi Jepang yang terkenal efisien bisa
terganggu.
Langkah Nyata KBRI Tokyo: Kolaborasi dengan Meitetsu Bus
Melihat
situasi ini, KBRI Tokyo langsung ambil sikap. Mereka ambil kesempatan jadi
jembatan bagi perusahaan transportasi Jepang untuk kontak pekerja Indonesia. Melalui
kerja sama dengan perusahaan Meitetsu Bus Co. Ltd contohnya, KBRI Tokyo
berupaya menyalurkan pengemudi bus asal Indonesia untuk membantu memenuhi
kebutuhan tenaga kerja di Jepang.
Berdasarkan
laporan dari IDX Channel dan situs resmi Kemlu RI, saat ini sudah ada tiga
pengemudi Indonesia yang bekerja di Meitetsu Bus dengan visa Tokutei Katsudo
(Kegiatan Khusus), yang menjadi tahap awal sebelum naik ke status Pekerja
Terampil (Tokutei Gino).
Selain itu,
empat pengemudi lainnya juga telah ditempatkan di Osaka Bus, menunjukkan
peluang kerja yang semakin terbuka luas.
Menariknya,
untuk bisa menjadi sopir bus di Jepang, dibutuhkan pelatihan sekitar satu tahun
penuh hingga mendapatkan SIM bus resmi Jepang.
Salah satu
pengemudi asal Klaten, Seto Ramadhan Siswadi, menceritakan bagaimana prosesnya yang
panjang akhirnya terbayar ketika ia mulai bekerja membawa bus di jalanan
Jepang. Proses ini memang tidak mudah karena sopir bus Jepang harus memiliki
kemampuan bahasa yang tinggi dan kemampuan mengemudi yang bagus. Asal punya SIM
Jepang saja belum cukup!
Walaupun
begitu, menjadi supir bus di Jepang sebagai tenaga kerja Indonesia jauh lebih
elit. Gaji per bulannya antara 22-40 juta Rupiah (beda tergantung daerah).
Kapan lagi bisa kerja jadi supir tapi dapat gaji sebesar itu?
KBRI Tokyo Pastikan Perlindungan dan Peluang Karier
Sekretaris
Kedua Fungsi Ekonomi KBRI Tokyo, Gina Aghnia Virginianty, menegaskan bahwa
kerja sama ini tidak hanya berfokus pada penyaluran tenaga kerja, tetapi juga
pada peningkatan kapasitas dan perlindungan hak-hak pekerja Indonesia di
Jepang.
KBRI Tokyo
ingin memastikan bahwa setiap pengemudi mendapatkan pelatihan, pendampingan,
serta hak kerja yang adil selama menjalani job sopir bus di Jepang. Pendekatan
ini diharapkan bisa menjadi model kerja sama tenaga kerja yang berkelanjutan
antara Indonesia dan Jepang.
Kebutuhan Tenaga Asing Jadi Peluang Besar
Kebutuhan
tenaga kerja di Jepang memang dalam kondisi tidak sehat. Krisis tenaga kerja
tidak hanya terjadi soal sopir, tapi juga kebutuhan pekerja konstruksi,
manufaktur, perawat dan juga staff hospitality. Semua ini menjadi kesempatan
bagi tenaga kerja Indonesia yang masih kesulitan dapat kerja di Indonesia.
Bagi kamu
yang ingin mencoba lahan kerja lebih menghasilkan, mengapa tidak coba kerja di
Jepang. Walaupun bekerja jadi staff pabrik ataupun pekerja konstruksi, gajinya
lebih besar daripada di Indonesia. Makanya, mengapa tidak coba kerja ke sana
aja daripada kerja keras di sini tapi hasilnya masih level di bawah UMR!