Masalah Harga Beras di Jepang Kembali Terjadi, Kali Ini Masyarakat Jepang Sudah Muak dan Protes di Internet!
![]() |
| Stock beras masih banyak tapi harganya naik, kenapa masalah harga beras di Jepang gak kunjung usai? Kredit Gambar: Wikipedia |
Masalah harga beras di Jepang kembali muncul di akhir tahun ini. Berdasarkan berita harga rata-rata beras eceran di Jepang kembali mencetak rekor tertinggi untuk pertama kalinya dalam tiga minggu, menurut data Kementerian Pertanian.
Pada akhir November lalu, data harga beras dari survei 1.000
supermarket, naik ¥23 (sekitar Rp 2.530) dari minggu sebelumnya, menjadi ¥4.335
per 5 kg (sekitar Rp 476.850). Kenaikan ini adalah rekor harga tertinggi dari
data sejak survei dimulai pada Maret 2022.
Untuk kategori beras bermerek, harga naik ¥5 (sekitar Rp
550) menjadi ¥4.551 (sekitar Rp 500.610). Beras ini masih mendapatkan dukungan
stock tahun 2025 yang baru saja meningkat.
Sementara beras campur melonjak ¥92 (kurang lebih Rp10.120)
hingga mencapai ¥3.870 (sekitar Rp425.700). Lonjakan pada beras campuran ini
diduga akibat penggunaan beras baru di 2025 yang menekan harganya jadi naik
banyak.
Walaupun kenaikannya paling banyak, harga beras campur masih
di bawah beras brand secara keseluruhan dan menjadi pilihan masyarakat luas.
Hal yang disayangkan adalah golongan orang Jepang yang bergantung pada beras
campuran sekarang harus bayar ekstra lebih banyak dibanding bulan-bulan lalu.
Survei terpisah dilakukan juga dengan target responden 1.200
supermarket. Hasil survei menunjukkan harga rata-rata beras mencapai ¥3.835
atau sekitar Rp 421.850, naik ¥180 atau sekitar Rp 19.800.
Survei berikutnya yang menarget 6.000 toko ritel, termasuk
drugstore, juga mencatat kenaikan ¥92 (kurang lebih Rp 10.120) menjadi
rata-rata ¥4.315 (sekitar Rp 474.650). Kenaikan ini menunjukkan bahwa harga
beras meningkat di berbagai jenis toko di seluruh Jepang.
Dari berbagai survei tersebut ditemukan kalau 68% penjualan
didominasi beras bermerek. Kedepannya, diprediksi penjualan beras campuran akan
bergeser naik juga jika harga tetap makin naik di tahun 2026.
Hasil survey menunjukan adalah masalah pada kebijakan beras
di Jepang. Respon masyarakat Jepang mengenai harga beras ini tentu lebih keras
pada akhirnya.
Di media sosial Jepang seperti X/Twitter, muncul komentar-komentar yang menunjukkan kritik terhadap pemerintah naik tajam. Kenaikan ini mengangkat kata-kata tentang harga beras terasa seperti barang “mewah” dan tidak lagi dianggap sebagai makanan pokok yang terjangkau.
Berikut adalah contoh postingan orang Jepang yang komplain soal harga beras yang terus naik:
11月26日(水)
— 萩の華 (@J_BOY201704) November 26, 2025
本日も18時〜営業致します。
お昼のランチも近々再開するので(多分)😅食べにきてね。ブリの漬け丼とマグロ鉄火丼を予定。お米は相変わらず高いよね!お米は日本人の主食なんだから安くて安心できるお米頼むぜ。年金生活者や貧困家庭が多い今の日本なんだからよ😤政府がなんとろってんだ
Komentar-komentar tersebut juga menyindir perubahan pola
konsumsi orang Jepang karena harga beras yang tinggi, misalnya beralih ke mie
sebagai makanan pokok, atau bercanda bahwa “nanti pasta yang jadi makanan
utama”.
Di sisi lain, ada kekawatiran dan diskusi spekulatif di SNS mengenai kemungkinan harga jatuh drastis di masa depan. Rasa takut ini terjadi karena kondisi pasar atau persediaan yang menumpuk dan belum didistribusikan rata.
Masalah harga beras di Jepang yang sekarang terjadi memang
terlihat masalah di pemerintah yang tidak awasi distribusi dengan baik.
Soalnya, kebijakan beras di Jepang sudah berhasil naikan produksi beras pada
tahun ini.
Dibandingkan tahun lalu, hasil panen di atas ekspektasi dan
stock beras pemerintah juga dikeluarkan. Tidak mungkin harga naik terjadi
akibat kelangkaan di masyarakat!
Ada kemungkinan distribusi beras di Jepang sedang digunakan
untuk berbagai hal seperti bantuan bagi orang Jepang yang kena bencana seperti
gempa dan kebakaran besar di beberapa waktu terakhir. Namun, tidak seharusnya
distribusi untuk orang yang membutuhkan mengurangi stock hingga naikan harga.
Ada teori yang mengatakan bahwa distribusi beras Jepang
sedang ditimbun untuk persiapan perang dengan China soal masalah Taiwan. Namun
ini hanya rumor dan tidak memiliki basis apapun.
Walaupun banyak teori penyebabnya, masyarakat Jepang hanya
berharap agar harga beras bisa turun lagi. Jika masalah harga beras di Jepang
dapat diatasi baik, warga di sana pasti merasa lebih dilayani oleh pemerintah
saat ini.


