Bayar Pajak Daerah Lain di Jepang Bisa Dapat Wagyu Gratis? Inilah Sistem Furusato Nozei Jepang!
![]() |
| Sistem Furusato Nozei Jepang jadi metode unik bayar pajak demi bantu banyak daerah di sana! Kredit Gambar: /Unsplash |
Beberapa waktu terakhir, ada bahasan seru soal system Furusato Nezei Jepang. Bagi yang belum pernah dengan istilah ini, kamu bakal dapat info unik soal sistem bayar pajak di Jepang!
Di permukaan, Furusato Nozei tampak seperti program pajak
biasa. Intinya, orang Jepang bisa memilih bayar pajak ke kampung halaman saat
kerja di kota. Namun ada sisi unik dari system ini, yaitu reward yang diberikan
sebagia rasa terima kasih. Percaya gak, kalau kamu bisa dapat daging wagyu
gratis pakai sistem ini?
Apa Sebenarnya Furusato Nozei Itu?
Jika diartikan secara harafiah Furusato Nozei Jepang bisa
berarti “pajak kampung halaman.” Namun, ini bukan pajak tambahan yang
memberatkan warga. Sebaliknya, pemerintah Jepang memberikan kesempatan bagi
warganya untuk memilih sendiri ke mana sebagian pajak mereka disalurkan.
Contoh saja, seseorang yang bekerja di Tokyo bisa
menyumbangkan sebagian pajaknya ke desa kecil di Hokkaido. Tujuannya bukan
hanya membantu pembangunan daerah, tapi juga menciptakan rasa keterikatan
antara warga kota besar dan daerah-daerah yang mulai kehilangan penduduk.
Nah, Sebagai bentuk terima kasih, daerah penerima pajak ini
akan mengirimkan hadiah tertentu, yang disebut henreihin (返礼品). Hadiah
ini bisa berupa beras, buah, sake, sampai daging wagyu berkualitas tinggi.
Hadiah yang diberikan biasanya berhubungan dengan produk unggulan dari daerah
penerima pajak ini.
Itu sebabnya banyak warga Jepang menyebut Furusato Nozei
sebagai sistem “belanja sambil bantu daerah.” Lumayan bisa dapat barang-barang
gratis tanpa repot belanja dan dapat kesenangan jiwa karena bisa menolong
tempat yang membutuhkan!
Kenapa Jepang Membuat Sistem Pajak Seperti Ini?
Untuk memahami alasan lahirnya Furusato Nozei, kamu harus
tahu realitas Jepang saat ini. Selama bertahun-tahun, masyarakat Jepang terus
bergerak ke kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Kota-kota ini
menawarkan karier, pendidikan, dan gaya hidup yang lebih modern. Tapi di sisi
lain, daerah-daerah kecil justru kehilangan penduduk muda dan produktif.
Akibatnya, desa-desa makin sepi, populasi menua, dan pajak
daerah menurun. Di sisi lain pengeluaran tetap harus jalan di daerah. Biaya
subsidi sekolah, rumah sakit, dan perawatan lansia sangat diperlukan di area
kecil di Jepang juga!
Pemerintah pusat menyadari bahwa ketimpangan ini berbahaya.
Maka pada tahun 2008, lahirlah ide Furusato Nozei! Sistem yang memungkinkan
warga “mengirimkan sebagian pajak” ke daerah lain yang mereka ingin bantu.
Diharapkan mereka yang sukses di kota bisa tetap berkontribusi pada daerah yang
membutuhkan. Tidak harus kampung halaman sendiri, bisa daerah mana pun yang
dianggap layak didukung.
Program untuk dukung area yang kekurangan penduduk gak cuma soal pajak. Kamu bisa cek juga program pemerintah yang beri subsidi banyak bagi mereka yang mau pindang dari Tokyo ke daerah yang sepi penduduk.
Suksesnya Furusato Nozei di Beberapa Daerah Jepang
Menariknya, sistem ini melahirkan kisah sukses di beberapa
daerah Jepang. Sebut saja Miyakonojō di Prefektur Miyazaki. Kota kecil ini
sukses mengumpulkan lebih dari ¥19 miliar dalam satu tahun berkat produk
andalannya: daging wagyū premium.
Lalu ada Monbetsu di Hokkaido yang terkenal dengan hasil
laut seperti kepiting raja dan salmon roe. Daerah ini dapat total donasi yang
mencapai belasan miliar yen juga.
Berikutnya kota kecil Izumisano di Prefektur Osaka. Kota ini
awalnya tidak terlalu terkenal, tapi berhasil naik daun lewat strategi promosi
dan hadiah olahan daging serta produk rumah tangga.
Ketiganya adalah contoh bagaimana Furusato Nozei bisa jadi
peluang ekonomi baru kalau daerah pandai memasarkan potensi lokalnya.
Sistem ini memicu semangat kompetisi sehat tiap daerah.
Sekarang kamu bisa temukan produk unik sebagai hadiah program Furusato Nozei
dari tiap derah.
Sayangnya, di balik cerita sukses itu, ada sisi lain yang dialami
daerah yang kurang populer. Menurut Kementerian Dalam Negeri Jepang, sekitar 20
persen daerah menerima lebih dari 80 persen total donasi Furusato Nozei. Artinya,
mayoritas kota dan desa justru hanya mendapat sedikit atau bahkan tidak sama sekali.
Akibat tidak semua daerah punya produk unggulan yang bisa
dijadikan hadiah. Banyak wilayah pedesaan kecil kesulitan bersaing. Mereka
tidak punya daging wagyu, tidak punya kepiting premium. Parahnya lagi, banyak
daerah tidak punya tim marketing untuk promosikan brand daerah mereka.
Beberapa desa bahkan rugi karena biaya logistik dan
pengelolaan program lebih besar daripada jumlah donasi yang diterima. Contohnya,
desa kecil seperti Aogashima di Prefektur Tokyo atau Nanmoku di area Gunma
hanya menerima donasi di bawah ¥1 juta per tahun.
Dibandingkan Miyazaki yang dapat ¥19 miliar dalam satu
tahun, angka tersebut sangatlah kecil! Daerah yang sudah terkenal makin kaya,
sementara yang benar-benar butuh bantuan tetap tertinggal.
Peluang bagi Pekerja Indonesia di Jepang untuk Kontribusi!
Makanya, bagi pekerja Indonesia yang membayar pajak di
Jepang silahkan partisipasi dalam Furusato Nozei! Selama kamu terdaftar sebagai
wajib pajak, kamu bisa memilih sendiri daerah mana yang ingin kamu bantu.
Kalau bingung caranya, kamu bisa konsultasi di kantor pajak
Jepang ataupun kontak staff KBRI Tokyo untuk bantuan pengarahan. Jika berhasil
partisipasi, kamu tidak hanya ikut sistem pajak, tapi juga ikut menjaga
keberlanjutan Jepang dari dalam.
Menarik bukan info Furusato Nozei Jepang ini? Kalau mau tahu hal-hal unik seputar Jepang seperti ini, coba ambil kelas di LPK Saitama saja! Di sini kamu tidak hanya sekedar dilatih bahasa Jepang saja, tapi mentalitas, sikap dan budaya Jepang. Kalau ingin lebih siap kerja Jepang, pastikan sekolah di LPK Saitama dulu!


