Masalah Penurunan Wisata Domestik Jepang Makin Nyata, Mengapa Bisa Turun Banyak Ya?
![]() |
| Dari tahun ke tahun terjadi penurunan wisata domestik Jepang, ternyata penyebabnya adalah turis asing! Kredit Gambar: Loic Le Meur/Flickr |
Dari data yang dikumpulkan, terlihat trend penurunan wisata domestic Jepang yang signifikan. Banyak pengamat mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir, Jepang alami paradoks wisata.
Di satu sisi, industri wisata Jepang sedang pesta pora
karena kedatangan wisatawan asing yang banyak. Lonjakan angka wisatawan asing
tiap tahunnya bahkan pecahkan rekor. Sayangnya, situasi wisatawan domestik
malah berkurang dari tahun ke tahun.
Fenomena ini pertama kali banyak dibahas media setelah data
menunjukkan bahwa jumlah malam menginap warga Jepang di hotel terus menurun. Meskipun
sektor pariwisata secara keseluruhan terlihat sukses karena kehadiran turis
asing, para pengamat menyatakan status waspada bagi kondisi wisata warga lokal.
Salah satu penyebab penurunan ini adalah overtourism. Bagi yang tidak tahu, overtourism adalah fenomena dimana suatu lokasi terlalu penuh dan terpengaruh pendatang asing. Destinasi populer seperti Tokyo, Kyoto, dan Osaka menjadi sangat padat, sehingga banyak warga Jepang merasa pengalaman berwisata di negaranya sendiri tidak lagi nyaman.
Nih, contoh kelakuan wisatawan asing yang dibenci warga lokal Jepang:
Harga hotel dan layanan wisata juga naik, dipicu oleh
permintaan tinggi dari wisatawan asing dan kondisi Yen yang lemah. Akibatnya,
bagi warga lokal, liburan domestik terasa lebih mahal dan melelahkan dibanding
sebelumnya. Bayangkan harga-harga di lokasi wisata itu menggunakan standar
pendatang asing dan bukan pendapatan warga lokal. Pasti terasa lebih berat buat
warga lokal kalau dipatok harga orang asing!
Media dan data dari Japan Tourism Agency menunjukkan bahwa ketimpangan ini berpotensi menciptakan vicious cycle! Artinya semakin sedikit warga Jepang yang bepergian, semakin besar fokus industri pada turis asing, dan semakin kecil insentif untuk menjaga kenyamanan wisatawan domestik. Kekhawatiran inilah yang membuat isu penurunan wisata domestik mulai mendapat perhatian serius.
![]() |
| Keramaian tidak teratur di tempat wisata Harajuku menjadi bukti nyata masalah wisata di Jepang. Kredit Gambar: /Flickr |
Menariknya, tren ini tidak sepenuhnya berlaku untuk festival
dan perayaan lokal. Berbagai festival tradisional, kembang api musim panas, dan
event budaya masih ramai dikunjungi warga Jepang.
Bisa diartikan, orang Jepang tidak berhenti berwisata sama
sekali, tetapi lebih selektif: mereka cenderung memilih acara budaya atau
perjalanan singkat ketimbang liburan panjang ke destinasi yang sangat ramai
turis asing.
Menghadapi situasi ini, pemerintah dan pelaku industri mulai
menerapkan sejumlah solusi. Kampanye promosi diarahkan ke daerah non-populer
agar arus wisata lebih merata. Daerah yang belum ramai dikunjungi wisatawan
asing akhirnya dipromosikan untuk tarik pengunjung domestik.
Penyebaran informasi wisata lokal tentu lebih cepat jika
ditargetkan untuk orang Jepang saja. Nanti, kalau sudah ramai, baru bisa
dikembangkan demi menarik wisatawan asing! Hal inilah yang diinginkan
pemerintah lokal dengan promosi lokasi yang masih hidden gem saat ini!
Selain itu ada pemanfaatan teknologi digunakan untuk memberi
informasi keramaian secara real-time. Teknologi ini dapat membantu wisatawan
lokal hindari tempat ramai dan memilih lokasi wisata yang renggangg kunjungan.
Jadi, gak perlu berebut lagi dengan wisatawan asing!
![]() |
| Kota kecil seperti di Yamagata lebih cocok untuk wisata domestik Jepang karena jauh dari kota besar. Kredit Gambar: Alexander Pamukov/PXhere |
Beberapa lokasi wisata Jepang juga mulai membatasi jumlah
pengunjung. Pada beberapa lokasi bahkan ada lokasi yag tadinya gratis masuk
menerapkan biaya tiket demi menjaga kualitas pengalaman. Laporan tren dari JTB
juga menunjukkan bahwa perjalanan domestik belum hilang, tetapi tumbuh lebih lambat
dan berubah pola.
Dapat disimpulkan, penurunan wisata domestik Jepang bukan
berarti warga Jepang kehilangan minat berlibur, melainkan tanda perubahan
perilaku. Keramaian, kenaikan harga, dan dominasi wisatawan asing membuat mereka
menyesuaikan cara berwisata.
Tantangan Jepang ke depan bukan hanya menarik turis asing, tetapi menemukan kembali keseimbangan agar warganya sendiri tetap merasa nyaman menjelajahi negerinya sendiri. Mudah-mudahan penurunan wisata domestik Jepang ini hanya sementara dan kedepannya bisa kembali ramai!




