Agama di Jepang, Shinto dan Buddha
Agama atau
kepercayaan bagi masyarakat Jepang merupakan suatu hal pribadi bukan untuk
disebarluaskan. Orang Jepang tidak pernah membicarakan tentang agama dalam
kehidupan sehari-hari. Mayoritas dari mereka tidak beribadah secara teratur
atau mengaku beragama. Pihak pemerintah juga tidak mencampuri urusan agama
masyarakatnya.
Meskipun
demikian, orang Jepang melakukan beberapa ritual keagamaan untuk kelahiran,
perkawinan, dan kematian serta menjadi bagian dalam matsuri atau festival. Beberapa
festival yang popular di Jepang yaitu, festival salju Sapporo, festival
kanamara matsuri, festival sanja matsuri, dan masih banyak yang lain.
Agama
di Jepang secara garis besar terdapat dua jenis kepercayaan yaitu, shintoisme dan
buddhisme. Shintoisme merupakan spiritualitas asli Jepang. Masyarakat di Jepang
percaya bahwa pohon, batu, bunga, dan binatang sebagai tempat dewa, sehingga
tidak heran masyarakatnya sangat menghargai alam. Hal tersebut dapat dilihat
dari seni, seperti seni ikebana dan bonsai. Kedua seni tersebut menunjukan
bagaimana orang Jepang menghargai alam.
Sedangkan
untuk agama buddha sampai ke Jepang pada abad keenam dan berkembang di Nara. Seiring
berjalannya waktu, buddhisme terbagi menjadi beberapa sekte, buddhisme zen
merupakan sekte yang paling popular.
Shintoisme
ialah agama dunia dan kehidupan, sedangkan buddhisme memusatkan perhatian pada
jiwa dan kehidupan setelah kematian. Perbedaan yang terdapat dalam keduanya
membuat kedua agama tersebut terjalan tanpa menimbulkan pertikaian.
Tempat
ibadah shinto dan buddha pun berbeda. Dalam melakukan ibadah agama sinto
dilakuakn di jinja. Sedangkan buddha beribadah di tera. Kedua tempat ibadah
tersebut hampi sama. Jinja maupun tera memiliki gerbang besar yang sering dicat
dengan warna merah sehingga sulit untuk membedakannya.